Bagaimana Kalau Aku Tidak Baik-baik Saja

Bagaimana Kalau Aku Tidak Baik-baik Saja

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh, 
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, 
Om Swastyastu, 
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Salam silaturrahim teriring do’a saya sampaikan semoga sahabat-sahabat senantiasa dalam lindungan-Nya, serta eksis dalam menjalankan aktifitas keseharian. Aamiin

Pada Web Blog AlpinJolala ini, saya akan mulai menulis tentang beberapa hal mengenai hidup saya, konsep hidup, pandangan, tindakan, dan masih banyak lagi. Selamat berliterasi.

Bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja setelah mengenalmu?, bahkan setelah bersama denganmu?. Memang ini didasarkan dengan kemungkinan-kemungkinan, namun bukan kah lebih baik jika kita tidak saling mengenal?, bukankah aku lebih baik untuk tidak mengenal, bukankah aku tetap baik-baik saja, saat ini, sebelum aku mengenalmu?.

Apakah dengan tidak mengenalmu, aku sedang baik-baik saja?

"Choice"

Jika suatu saat kamu hadir, dan aku memilih untuk mengenalmu dan bersamamu, bersama untuk selamanya, sudihkan engkau?, jika tidak, maka cukup saling mengenal namun tidak bersama, mengenali diri dengan batasan-batasan hanya sebatas mengenal sifat, watak, kebiasaan, hal-hal tentang psikologi. Tidak perlu terlalu mendalam hingga kisah hidup, dan sebagainya?.

Tahu kah kamu, bahkan sebuah lagu yang sedang aku dengarkan saat ini dapat mengubah atau mengalihkan kerjaan yang sedang kulakukan dengan menulis ini.

Kamu tahu?, sebuah kenangan adalah hal yang sangat berharga bagiku. Bahkan saking berharganya kenangan itu sering menghilang, mengapa?, ada sebuah konsep dimana saat kita ingin melupakan sesuatu maka itu akan susah, dan semakin kita ingin menjaga ingatan berharga, seiring waktu ingatan itu akan terkikis, memudar, kemudian menghilang. Lalu bisakah kita agar dapat menjaga kenangan dan ingatan itu agar tidak lenyap?, tentu bisa, salah satunya dengan menulis. Aku menulis ini berdasarkan keresahan, dan kekhawatiran terhadap diriku di masa ini. Entah apa yang sedang aku lakukan di masa yang akan datang. Mungkin saat itu, kita sedang bersama menjalani aktifitas yang menyenangkan, atau kita sudah terpisah dan menghilangkan jejak. Dan aku semakin menutup diri atau sebaliknya.

Akhir-akhir ini, bahkan jauh sebelum lulus sarjana, aku mempelajari diri sendiri, apa masalah yang ada pada diriku ini?, apa yang menyebakan aku begini?, mengapa aku bertindak seperti itu?. Banyak sekali artikel-artikel mengenai diri dan jiwa. Bahkan, aku sampai bertanya kepada seorang alumni ilmu psikologi, apakah di daerah ku saat itu ada psikolog atau psikiater yang dapat membantuku dalam hal ini dan apakah benar aku mempunyai phobia itu (saat itu, salah satu klasifikasi psikologi yang aku temukan adalah Gamophobia dan philophobia, bahkan sampai sekarang itu masih ada).

Seperti yang telah disebutkan di atas, kalian seharusnya sedikit telah mengetahui apa itu Gamophobia dan Philophobia melalui mesin pencarian. 

Ada suatu waktu saat masih aktif dalam sebuah organisasi, aku menyukai seorang junior, rasa suka ini berawal saat melihat keaktifannya saat di organisasi, saat mengetahui gigihnya dia dalam bekerja di luar dan di dalam organisasi, dan pada inti dari rasa suka itu adalah saat mengetahui bahwa dia sudah kehilangan orang tua. Rasa suka disusul rasa kagum, dan sampai akhirnya aku sadar bahwa perasaan yang dirasa hanya sebatas itu. Dan, disaat mengetahui bahwa dia sudah bersama dengan seseorang (pacaran), aku turut bahagia dan mendoakan yang terbaik untuknya. 

Konsep ikhlas ku saat ini selalu menjadi yang paling awal ketika aku mengagumi dan menyukai seorang perempuan. Mengapa?, hal itu menyebabkan kelapangan dan ke ridhaan dengan harapan yang terbaik bagi mereka yang pernah aku sukai dan kagumi (Insya Allah). Dengan tidak bersama, aku berharap Allah SWT memberikan pasangan yang terbaik bagi mereka. Begitu juga konsep berharap kepada manusia adalah hal terakhir yang aku terapkan, dengan tidak berharap apapun kepada manusia maka rasa pahit, kecewa, dan menyesal tidak akan pernah muncul.

Cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh orang-orang sekitarku saat ini (keluarga), entah mengapa aku gak bisa merasakannya, oleh karena itu salah satu langkah yang aku ambil adalah pergi merantau, mencari pembenaran atau memperbaiki diri (apakah aku rusak? hahaha). 

Sebenarnya aku takut, aku takut akan menyakiti orang-orang terdekatku dengan sikap dan tindakanku. Aku takut, aku takut mereka sadar cinta dan kasih sayang yang mereka berikan merupakan hal yang sia-sia. Aku takut, aku takut gak bisa terus berpura-pura bahwa aku baik-baik saja saat bersama mereka.

Begitu juga dalam pertemanan dan persahabatan, tidak ada teman dan sahabat yang secara nyata dapat menjadi teman dan sahabat. Circle (lingkaran) pertemanan ku sangat kecil, jikalau ada, hal ini hanya bersifat sementara (temporary) dengan jangka waktu dan momen tertentu, hingga akhirnya aku yang pergi atau mereka yang pergi (walau dominan aku yang menghilang). Jangan berfikir dengan menghilang dari radar, lantas kalian mengira aku mencari perhatian, dan berharap dicari-cari oleh kalian. Dengan berteman bertahun-tahun apakah kita benar-benar sudah mengenal?, bahkan keluarga pun tidak dapat memahami dan mengenal keluarganya secara mendalam, bahkan kerap menafsirkan hal-hal yang berbeda. Dengan telah bersama bertahun-tahun, aku menganggap bahwa kita tidak perlu saling mengetahui hal-hal dasar lagi karena pada dasarnya kalian memiliki interpretasi tersendiri mengenai diriku. Hal inilah yang menyebabkan seolah-olah kita dekat, apakah kita setuju untuk tidak setuju 'teman'?.

Salah satu hal yang aku suka ketika kita telah menjadi teman adalah aku tidak terlalu lelah saat berhadapan dan bertemu, dan aku tidak membenci momen itu. Aku akui aku bodoh, karena itu aku suka belajar, hasil dari belajar itupun menghasilkan ketidaktahuan. Seperti ketika bertemu orang baru, apakah kesan pertama adalah hal yang penting bagi kalian?, interpretasi apa yang kalian hasilkan saat bertemu?, apa yang kalian harapkan?, dasar kita manusia!.

Untuk kalian yang sudah tahu tentang aku, siapa aku, apakah kita teman, keluarga, bahkan kenalan. Saat ini menyendiri itu seperti bagian dari diriku, aku bukan orang yang individualis (tapi introvert), namun pada saat situasi yang memang mengharuskan maka individualis merupakan pilihan. Sebenarnya aku lebih menyukai disaat kita melakukan hal bersama, berdiskusi, ngobrol tentang apapun, dan bahkan jika tugas tertentu memang harus dikerjakan secara tim aku menyukainya. Kembali lagi di paragraf sebelumnya bahwa "aku bodoh", aku bukan tidak ingin melakukan bersama, hanya saja tidak ingin membebani dan terbebani oleh kepintaran kalian (sebuah alibi).

Sepertinya tulisan di atas ini agak babak belur dan ngalur ngidur ya guys ya. Yaudah kalau gitu, kita akhiri tulisan ini di sini. Tulisan selanjutnya akan membahas tentang mengapa aku tidak bisa dekat-dekat dengan perempuan.

Demikian tulisan ini saya buat, atas waktu dan literasi yang telah dilakukan saya ucapkan terimakasih.

Wallahul Muwafieq Ilaa Aqwamith Tharieq
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

1 Komentar

  1. haiii, bagaimana kabar nya semoga selalu dalam lindungan Allah yahh. terlepas dari aku ini siapa, yang harus aku bicarakan disini adalah kamu orang yang selalu aku notice ketika aku ibadah menghadap Allah....yaa bisa dibilang aku mengagumi mu, jangan pernah muncul pertanyaan kenapa bisa aku mengagumi mu. karna semua datang seiring berjalannya waktu. Tuhan jika diperbolehkan aku mau nya kamu dan jika tidak diperbolehkan biarkan rasa kagum ini terus mengalir tanpa diketahui satu orang pu. semoga hal-hal baik menyertai mu yaaa :)

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

KEEP IN TOUCH

Subscribe Us