Muhammad Alfin
Ramadhan
Mahasiswa Fakultas
Adab dan Humaniora
Program Studi
Ilmu Perpustakaan
Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang
E-Mail: rm.alfin@gmail.com
atau rm.alfin@ymail.com
Apakah
kalian sering berwisata kebanyak tempat untuk melakukan rekreasi, seperti trans
studio, pantai parangtritis, taman nasional, pegunungan, musium, dan lainnya?,
lalu pernahkah kalian malakukan wisata ke perpustakaan?. Perpustakaan itu
ibaratnya objek wisata, karena dapat memberikan fungsi rekreasi kepada para
pengunjungnya. Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana atau
seharusnya perpustakaan bisa menjadi tempat wisata dan menjadi wahana rekreasi.
Bagi
orang-orang yang suka membaca, perpustakaan tentu saja bukan sebuah tempat yang
baru. Tapi mungkin sebagian juga belum tahu bahwa perpustakaan juga bisa
menjadi wahana rekreasi loh, jadi nggak cuma sebagai tempat di mana buku-buku dan
sumber informasi lainnya ditata.
Rekreasi
pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan yang penting dan tidak bisa diabaikan
manfaatnya dari kehidupan kita. Rekreasi dapat dijadikan sebagai kegiatan kita
untuk memperoleh hiburan setelah lelah beraktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Wisata pendidikan adalah suatu program di mana pengunjung
melakukan perjalanan ke suatu tempat atau lokasi secara individual atau
kelompok dengan tujuan agar dapat terlibat langsung dalam pengalaman belajar di
tempat tersebut. Wisata Pendidikan lebih ditekan kepada aspek pembelajaran
serta pencarian informasi dan pengetahuan yang berbeda dengan wisata yang hanya
sekedar ”menyegarkan diri”.
Harold
D. Mayer dkk (1964) menjelaskan bahwa kebutuhan pokok hidup manusia dibagi berdasarkan waktu yang dimanfaatkan oleh
individu, yang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: exsistence adalah waktu yang digunakan
untuk melakukan kegiatan mempertahankan kelangsungan hidup, seperti mandi,
makan, tidur dan istirahat; subsistence
adalah waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang menunjang
kelangsungan hidupnya dengan karyanya; leisure
adalah waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan agar tercapai keseimbangan
antara usaha manusia dalam mempertahankan dan menunjang kelangsungan hidupnya
yakni dengan melakukan rekreasi.
Rekreasi
merupakan salah satu kebutuhan yang fundamental dalam membentuk kepribadian
manusia, dimana dengan ikut melakukan kegiatan yang rekreatif maka manusia akan mendapatkan
kepuasan dan kebahagiaan yang lebih besar, memberikan keseimbangan dalam
pertumbuhan, kreativitas, kompetisi dan watak, memperbaiki kapasitas mental dan
meningkatkan pengetahuan, kebebasan kondisi fisik, hubungan sosial, tujuan
hidup serta stabilitas emosi yang lebih baik.
Pesatnya
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, informasi, serta pengetahuan
berpengaruh terhadap semua jenis kegiatan dan tindakan manusia. Seiring dengan
kemajuan tersebut membawa perubahan besar terhadap kegiatan di perpustakaan,
hal ini dapat dilihat dari berkembangnya ilmu, fungsi, dan tugas perpustakaan
dalam kegiatan perpustakan. Oleh karena itu, kemajuan ilmu, fungsi dan tugas
menuntut adanya suatu perubahan yang besar dalam memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pemustaka dalam kegiatan perpustakaan.
Berkembangnya
ilmu, fungsi dan tugas perpustakaan
dalam kegiatan perpustakaan perlu diarahkan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pemustaka atau pengunjung, maka perpustakaan harus dapat lebih
melaksanakan fungsi rekreasi dengan menjadikan perpustakaan sebagai objek
wisata. Pemustaka atau pengunjung dapat memanfaatkan layanan yang dimiliki
perpustakaan untuk mendapatkan penyegaran pikiran serta hiburan yang dibutuhkan
oleh setiap individu.
Perpustakaan
harus terus mengembangkan fungsi serta tugas dalam melayani pemustaka.
Perpustakaan bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan informasi, tetapi
perpustakaan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam memenuhi kebutuhan
rekreasi pemustaka atau pengunjung.
Perpustakaan
menurut Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 pasal 3 yang menyatakan bahwa
“Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa”. Dalam
praktiknya, hanya fungsi pendidikan, fungsi informasi, dan fungsi penelitian
yang mendapat perhatian terbesar dari berbagai perpustakaan dan pakar yang
berkompeten. Karena fungsi-fungsi ini berada di bawah lingkup perpustakaan.
Fungsi
lain, seperti fungsi rekreasi, kurang diperhatikan. Buktinya dengan jarangnya
tulisan, penelitian, proyek pengembangan, diskusi ilmiah, atau pertemuan yang
membahasnya secara khusus. Akibatnya, wajar jika timbul kesan bahwa
perpustakaan pada umumnya adalah tempat belajar atau mencermati informasi dan
pengetahuan dengan sungguh-sungguh. Perpustakaan tidak memberikan kesan
memberikan hiburan kepada pengunjungnya.
Berbagai
sumber hanya menjelaskan fungsi rekreasi yang dapat dijalankan di perpustakaan
dengan koleksi materi ringan seperti komik, majalah, koran, dan bahan lain yang
dapat memberikan hiburan bagi masyarakat pengguna. Selain itu, perpustakaan
sering disebut-sebut sebagai sumber hiburan bagi orang-orang yang gemar membaca
buku. Meskipun ini relatif, apakah orang benar-benar terhibur dengan membaca?
hal tersebut perlu diuji secara empiris.
Terlepas
dari kenyataan yang ada, fungsi rekreasi pada perpustakaan masih dapat dikembangkan.
Perpustakaan itu seperti objek wisata, di mana keduanya dapat memberikan fungsi
rekreasi terhadap masyarakat yang menjadi pengunjungnya. Orang yang pergi ke
perpustakaan dapat mencapai hasil yang sama seperti mereka yang pergi berwisata.
Mereka (pengunjung) tetap melakukan rekreasi untuk mendapatkan hiburan,
kesegaran jasmani atau rohani, dan kenangan. Ketiga aspek ini dapat menjadi
dasar pendekatan bagi pengembangan fungsi rekreasi di perpustakaan.
Jika ingin membaca edisi yang telah di publikasi bisa ke : AperoFublic.Com